Sumbawa NTB - Setelah ke Ponpes Gunung Galesa, sosialisasi bahaya faham radikalisme yang dilakukan Wadir Binmas Polda NTB, berlanjut. Kali ini, sosialisasi tersebut dilanjutkan ke Ponpes Abu Bakar Al-Islami, di Desa Pungka, Kecamatan Unter Iwes, Rabu (31/8) pagi.
Hadir dalam kegiatan tersebut, Pimpinan Ponpes Abu Bakar Al-Islami, Ustad Lukman Sahdi, Wadir Binmas Polda NTB, AKBP. H. Zamroni S.Ag, Kasubdit Bintibsos Polda NTB, AKBP. I. Wayan Arsika, Kasat Binmas Polres Sumbawa, Iptu. Abdul Muis Tajudin, Bhabinkamtibmas Desa Pungka Bripka. Dading Kalbudi, perwakilan Kantor Kemenag Sumbawa, H. Nasrullah, S.Ag, serta para pihak terkait lainnya.
Dalam kegiatan itu, Pimpinan Ponpes Abu bakar Al - Islami, Ustad Lukman Sahdi mengucapkan terimakasih. Sebab, ponpesnya dipilih menjadi salah satu lokasi sosialisasi. Diharapkan, materi yang nantinya disampaikan dapat dipedomani dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam sosialisasi itu, Wadir Binmas Polda NTB, AKBP. H. Zamroni S.Ag, memberikan materi terkait pancasila. Dikatakan, Indonesia terdiri dari berbagai macam suku dan bangsa. Namun situasinya tetap aman dan damai. Karena itu, persatuan ini harus terus dipelihara, dengan pancasila sebagai dasar dan ideologi negara.
Selanjutnya, perwakilan Kantor Kemenag Sumbawa, H. Nasrullah, S.Ag mengatakan, bahwa faham radikal sudah berkembang secara luas di dalam dan luar negeri. Faham tersebut muncul di karena-kan ketidak percayaan dan kepuasan terhadap kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Faham ini meng - anggap bahwa tindakan yang mereka lakukan adalah tindakan yang benar. Padahal tindakan yang di lakukan oleh sekelompok orang yang menganut faham tersebut merupakan tindakan yang mengancam kesatuan NKRI.
Adapun usaha atau upaya untuk mengatasi terjadinya paham radikalisme antara lain bisa dengan diadakan pembinaan tentang pemahaman agama yang baik. Melalui pendidikan formal maupun non formal untuk mengantisipasi masuknya paham radikal tersebut
Indonesia, terus diguncang berbagai tindakan radikalisme. Realitas ini jelas bukan sesuatu yang lumrah dan tidak menyenangkan bahkan dapat menghancurkan citra Islam itu sendiri. Hal itu secara otomatis telah menjadi tugas bagi para pemimpin agama Islam dan pemimpin negara. Guna bersama-sama merapatkan barisan, berpegangan tangan untuk maju bersama dalam mem-bangun dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Adb)